Tampilkan postingan dengan label shalat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label shalat. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 15 Desember 2012

Kisah Hikmah-Keajaiban Salat 5 Waktu


Terkadang untuk menyampaikan sebuah kebenaran tidak perlu ceramah dan retorika. Tutur kata yang santun dan perilaku mengesankan dapat membuat seseorang simpati lalu jatuh hati.

Ubaid adalah seorang pegawai. Belasan tahun sudah Ia bekerja di sebuah bank swasta. Orangnya jujur, rajin dan taat beribadah. Agama baginya bukan hanya di masjid dan dinikmati sendiri. Namun agama menurutnya adalah dakwah, berbagi dengan sesama sehingga nilai dan sinarnya dapat dirasakan oleh orang lain.

Ubaid beruntung karena mendapatkan fasilitas KPR dari kantornya. Dua minggu sudah ia mencari-cari rumah yang sesuai dengan plafond kantor dan sesuai pula dengan keinginannya. Allah Swt. menunjukkan rumah yang sesuai untuknya di sebuah bilangan di Ciputat - Tangerang Cirendeu tepatnya.
Ubaid menceritakan kepada istrinya rumah yang baru saja dilihat. Sore itu Ubaid berjanji untuk mengajak istrinya untuk melihatnya sekaligus meminta persetujuan atas rumah yang dimaksud.

Setengah enam sore, Ubaid dan istri berangkat dari rumah menuju Cirendeu. Baru separuh jalan, terdengarlah kumandang azan Magrib. Mendengarnya, Ubaid berujar kepada istrinya. “Shalat Magrib kita numpang saja ya di rumah yang mau kita lihat!” Istrinya pun mengiyakan usul Ubaid.

Ubaid dan istri sampai di rumah itu. Pemilik rumah menyambut mereka dengan seulas senyum. Mereka dipersilakan masuk dan duduk di ruang tamu. Dalam pembicaraan yang mereka lakukan, Ubaid dan istri mengetahui bahwa ibu pemilik rumah adalah seorang janda usia 50 tahun lebih beranak dua.
“Berapa Bu rumah ini mau dijual?” Tanya istri Ubaid kepada pemilik rumah.
“Saya mau lepas dengan harga 300 juta,” sahut pemilik rumah.
“Gak bisa kurang?” Tandas istri Ubaid.

“Itu juga sudah murah... Kemarin ada yang tawar 260 juta saya gak kasih,” jawab pemilik rumah.
Mendengar itu Ubaid dan istri menjadi paham bahwa harga yang diinginkan pemilik rumah, namunplafond  dari kantor untuk Ubaid hanya Rp. 250 juta. Ubaid dan istri saling berpandangan. Budgetmereka tidak sesuai dengan harga rumah yang diinginkan.
Ubaid melirik jam di pergelangan tangannya. Masya Allah! Waktu Isya sebentar lagi tiba, padahal Ubaid dan istri belum shalat Magrib...

Ubaid lalu berkata kepada pemilik rumah, “Ibu, boleh kami numpang shalat di sini?”
Mendengar kalimat itu rona wajah pemilik rumah berubah drastis. Tampak kebingungan dan sedikit tegang. Ubaid merasakan hal itu, ia pun meralat kalimatnya, “Kalo gak boleh shalat di sini, masjid yang terdekat di mana ya?”
Kalimat ini pun menambah kekikukan bagi pemilik rumah, dan ia pun menyergah, “Masjid jauh dari sini!!!”
Ubaid pun menjadi bingung atas sikap dan jawaban dan pemilik rumah. Dalam hati ia menduga kalau-kalau pemilik rumah bukan seorang muslimah. Namun Ubaid dan istrinya harus segera shalat Magrib, ia pun berujar, “Kalo gak boleh shalat di dalam rumah, bolehkah kami shalat di teras?”

Merasa terdesak, pemilik rumah akhirnya mengizinkan. Maka jadilah Ubaid dan istrinya shalat Magrib di teras rumah. Tanpa alas apa pun sebagai sejadah mereka.

Usai shalat, Ubaid dan istri melanjutkan pembicaraan dengan pemilik rumah. Tidak berlangsung lama, mereka pun berpamitan. Sayang malam itu tidak ada angka yang disetujui oleh mereka, baik oleh Ubaid dan istri ataupun dari pemilik rumah. Masing-masing bertahan dengan harga dan uang yang mereka mau.
Malam itu akhirnya gak ada angka yang pas pemilik rumah maunya 300 juta, padahal Ubaid hanya boleh ngambil KPR maksimal Rp. 250 juta

Namun keanehan luar biasa terjadi. Keesokan paginya, ibu pemilik rumah menelepon ke HP Ubaid, Ubaid bercerita bahwa pemilik rumah itu bertanya lewat pembicaraan telepon pagi-pagi sekali, “Pak Ubaid, saya nelepon cuma mau tanya, apakah setiap rumah yang hendak bapak beli harus disembahyangkan dulu?!”

dahi Ubaid sempat berkernyit, dan bertanya-tanya dalam hati “Maksudnya apa, ya ?”

“ maaf, bukan begitu ibu, saat itu kami berdua belum shalat Magrib padahal waktu Isya sudah hampir masuk, jadi apa yang kami lakukan adalah sebuah kewajiban bukannya untuk menentukan rumah itu cocok atau tidak!” Ubaid menjelaskan kalimat yang ia sampaikan kepada ibu pemilik rumah.

“Tapi Pak, entah kenapa usai Bapak dan istri pulang saya kok merasa cocok dan menjadi tenang hati saya, makanya pagi-pagi ini saya langsung menelepon ke HP Bapak,” ujar Ubaid menceritakan

Lebih panjang Ubaid bercerita bahwa ibu itu mengaku sudah hampir 30 tahun tidak pernah shalat sejak ditinggal oleh suaminya dan harus membesarkan kedua anaknya. Hidupnya panik dan sulit. Ia harus bekerja dan mencari nafkah. Duit dan duit yang ada dalam kepalanya, dia lupa sama sekali untuk menyembah Allah.
“Sekarang, ibu itu tidak kurang 3 kali dalam seminggu pasti menelepon atau berkunjung ke rumah saya. Dia mau belajar menjadi muslimah lagi katanya,” Ubaid menjelaskan

“Rumah itu sudah kami beli darinya. Harganya pun amat menakjubkan! Jauh dari dugaan kami semula. Kami membelinya dengan harga Rp. 220 juta saja!!!” Tambah Ubaid.
“Lebih hebatnya lagi, sampai sekarang rumah itu baru separuh kami bayar. Bukan karena keinginan kami, tapi keinginan ibu itu!!!” Tegas Ubaid.
“Kok bisa begitu?”

“Dia bilang bayar saja sisanya kalau saya sudah merasa puas belajar ibadah kepada Pak Ubaid dan keluarga!” Ubaid menutup kalimatnya sambil tersenyum.

Subhanallah, kisah ini begitu berarti buat kita yang mendengarnya. Terkadang bila ibadah sudah mewujud dalam bentuk indahnya akhlak seseorang, maka simpati dari sesama akan terbit dan menyinari kehidupan yang kita jalani. Ternyata, semuanya menjadi makin indah dengan ibadah!!!

“ Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji (kejahatan) dan munkar (anarkis) “ (QS.AL-Ankabut:45 )



Senin, 10 Desember 2012

SHALAT MEMBUAT KITA SEHAT


Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa menghadap Allah (meninggal dunia), sedangkan ia biasa melalaikan Shalatnya, maka Allah tidak mempedulikan sedikit-pun perbuatan baiknya (yang telah ia kerjakan tsb)". Hadist Riwayat Tabrani.
Sholat itu Bikin Otak Kita Sehat "Maka dirikanlah Shalat karena Tuhanmu
dan Berkurbanlah" (Q.S Al Kautsar:2)

Sebuah bukti bahwa keterbatasan otak manusia tidak mampu mengetahui semua rahasia atas rahmat, nikmat, anugrah yang diberikan oleh ALLAH kepadanya. Haruskah kita menunggu untuk bisa masuk diakal kita ?

Seorang Doktor di Amerika telah memeluk Islam karena beberapa keajaiban yang di temuinya didalam penyelidikannya. Ia amat kagum dengan penemuan tersebut sehingga tidak dapat diterima oleh akal fikiran.
Dia adalah seorang Doktor Neurologi. Setelah memeluk Islam dia amat yakin pengobatan secara Islam dan oleh sebab itu itu telah membuka sebuah klinik yang bernama "Pengobatan Melalui Al Qur’an" Kajian pengobatan melalui Al-Quran menggunakan obat-obatan yang digunakan seperti yang terdapat didalam Al-Quran. Di antara berpuasa, madu, biji hitam (Jadam) dan sebagainya.

Ketika ditanya bagaimana dia tertarik untuk memeluk Islam maka Doktor tersebut memberitahu bahwa sewaktu kajian saraf yang dilakukan, terdapat beberapa urat saraf didalam otak manusia ini tidak dimasuki oleh darah.Padahal setiap inci otak manusia memerlukan darah yang cukup untuk berfungsi secara yang lebih normal.

Setelah membuat kajian yang memakan waktu akkhirnya dia menemukan bahwa darah tidak akan memasuki urat saraf didalam otak tersebut melainkan ketika seseorang tersebut bersembahyang yaitu ketika sujud. Urat tersebut memerlukan darah untuk beberapa saat tertentu saja. Ini artinya darah akan memasuki bagian urat tersebut mengikut kadar sholat lima waktu yang diwajibkan oleh Islam. Begitulah keagungan ciptaan Allah.

Jadi barang siapa yang tidak menunaikan sholat maka otak tidak dapat menerima darah yang secukupnya untuk berfungsi secara normal. Oleh karena itu kejadian manusia ini sebenarnya adalah untuk menganut agama Islam "sepenuhnya" karena sifat fitrah kejadiannya memang telah dikaitkan oleh Allah dengan agamanya yang indah ini.

Kesimpulannya :
Makhluk Allah yang bergelar manusia yang tidak bersembahyang apalagi lagi bukan yang beragama Islam walaupun akal mereka berfungsi secara normal tetapi sebenarnya di dalam sesuatu keadaan mereka akan hilang pertimbangan di dalam membuat keputusan secara normal. Justru itu tidak heranlah manusia ini kadang-kadang tidak segan-segan untuk melakukan hal hal yang bertentangan dengan fitrah kejadiannya walaupun akal mereka mengetahui perkara yang akan dilakukan tersebut adalah tidak sesuai dengan kehendak mereka karena otak tidak bisa untuk mempertimbangkan  secara lebih normal. Maka tidak heranlah timbul bermacam-macam gejala-gejala sosial Masyarakat saat ini.

Semoga Bermanfaat

Senin, 09 Mei 2011

Keutamaan Shalat Dhuha

Sholat Dhuha – Sebelum kita mempelajari lebih jauh tentang bacaan doa shalat dhuha, terlebih dahulu kita pelajari pengertian shalat dhuha, manfaat shalat dhuha dan tata cara melaksanakan shalat dhuha. Ya, walaupun Anda mungkin sudah tahu tentang shalat dhuha, namun tidak jarang juga dari mereka yang belum tahu apa itu shalat dhuha. Dan bagi Anda yang sudah tahu, tidak ada salahnya untuk mempelajari kembali agar lebih paham.

Pengertian Shalat Dhuha
Shalat Dhuha adalah shalat sunah yang dilakukan setelah terbit matahari sampai menjelang masuk waktu zhuhur. Afdhalnya dilakukan pada pagi hari disaat matahari sedang naik ( kira-kira jam 9.00 ). Shalat Dhuha lebih dikenal dengan shalat sunah untuk memohon rizki dari Allah, berdasarkan hadits Nabi : ” Allah berfirman : “Wahai anak Adam, jangan sekali-kali engkau malas mengerjakan empat rakaat pada waktu permulaan siang ( Shalat Dhuha ) niscaya pasti akan Aku cukupkan kebutuhanmu pada akhir harinya “ (HR.Hakim dan Thabrani).

Hadits Rasulullah SAW terkait Shalat Dhuha
  • Barang siapa shalat Dhuha 12 rakaat, Allah akan membuatkan untuknya istana disurga” (H.R. Tirmiji dan Abu Majah)
  • “Siapapun yang melaksanakan shalat dhuha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak buih di lautan.” (H.R Tirmidzi)
  • “Dari Ummu Hani bahwa Rasulullah SAW shalat dhuha 8 rakaat dan bersalam tiap dua rakaat.” (HR Abu Daud)
  • “Dari Zaid bin Arqam ra. Berkata,”Nabi SAW keluar ke penduduk Quba dan mereka sedang shalat dhuha‘. Beliau bersabda,?Shalat awwabin (duha‘) berakhir hingga panas menyengat (tengah hari).” (HR Ahmad Muslim dan Tirmidzi)
  • “Rasulullah bersabda di dalam Hadits Qudsi, Allah SWT berfirman, “Wahai anak Adam, jangan sekali-kali engkau malas mengerjakan empat rakaat shalat dhuha, karena dengan shalat tersebut, Aku cukupkan kebutuhanmu pada sore harinya.” (HR Hakim & Thabrani)
  • “Barangsiapa yang masih berdiam diri di masjid atau tempat shalatnya setelah shalat shubuh karena melakukan i’tikaf, berzikir, dan melakukan dua rakaat shalat dhuha disertai tidak berkata sesuatu kecuali kebaikan, maka dosa-dosanya akan diampuni meskipun banyaknya melebihi buih di lautan.” (HR Abu Daud)
Manfaat dan Makna Shalat Dhuha
Ada yang mengatakan bahwa shalat dhuha juga disebut shalat awwabin. Akan tetapi ada juga yang mengatakan bahwa keduanya berbeda karena shalat awwabin waktunya adalah antara maghrib dan isya.
Waktu shalat dhuha dimulai dari matahari yang mulai terangkat naik kira-kira sepenggelah dan berakhir hingga sedikit menjelang masuknya waktu zhuhur meskipun disunnahkan agar dilakukan ketika matahari agak tinggi dan panas agak terik.
Adapun diantara keutamaan atau manfaat shalat dhuha ini adalah apa yang diriwayatkan oleh Muslim, Abu Daud dan Ahmad dari Abu Dzar bahwa Rasulullah saw bersabda,”Hendaklah masing-masing kamu bersedekah untuk setiap ruas tulang badanmu pada setiap pagi. Sebab setiap kali bacaan tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh orang lain agar melakukan amal kebaikan adalah sedekah, melarang orang lain agar tidak melakukan keburukan adalah sedekah. Dan sebagai ganti dari semua itu maka cukuplah mengerjakan dua rakaat shalat dhuha.”
Juga apa yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud dari Buraidah bahwa Rasulullah saw bersabda,”Dalam tubuh manusia itu ada 360 ruas tulang. Ia harus dikeluarkan sedekahnya untuk tiap ruas tulang tersebut.” Para sahabat bertanya,”Siapakah yang mampu melaksanakan seperti itu, wahai Rasulullah saw?” Beliau saw menjawab,”Dahak yang ada di masjid, lalu pendam ke tanah dan membuang sesuatu gangguan dari tengah jalan, maka itu berarti sebuah sedekah. Akan tetapi jika tidak mampu melakukan itu semua, cukuplah engkau mengerjakan dua rakaat shalat dhuha.”
Didalam riwayat lain oleh Bukhori dan Muslim dari Abu Hurairoh berkata,”Nabi saw kekasihku telah memberikan tiga wasiat kepadaku, yaitu berpuasa tiga hari dalam setiap bulan, mengerjakan dua rakaat dhuha dan mengerjakan shalat witir terlebih dahulu sebelum tidur.”
Jumhur ulama mengatakan bahwa shalat dhuha adalah sunnah bahkan para ulama Maliki dan Syafi’i menyatakan bahwa ia adalah sunnah muakkadah berdasarkan hadits-hadits diatas. Dan dibolehkan bagi seseorang untuk tidak mengerjakannya.

Cara Melaksakan Shalat Dhuha :
Shalat Dhuha minimal dua rakaat dan maksimal duabelas rakaat, dilakukan secara Munfarid (tidak berjamaah), caranya sebagai berikut:
• Niat didalam hati berbarengan dengan Takbiratul Ihram
• “Aku niat shalat sunah Dhuha karena Allah”
• Membaca doa Iftitah
• Membaca surat al Fatihah
• Membaca satu surat didalam Alquran.Afdholnya rakaat pertama surat Asysyams dan rakaat kedua surat Allail
• Ruku’ dan membaca tasbih tiga kali
• I’tidal dan membaca bacaanya
• Sujud pertama dan membaca tasbih tiga kali
• Duduk diantara dua sujud dan membaca bacaannya
• Sujud kedua dan membaca tasbih tiga kali
• Setelah rakaat pertama selesai, lakukan rakaat kedua sebagaimana cara diatas, kemudian Tasyahhud akhir setelah selesai maka membaca salam dua kali. Rakaat-rakaat selanjutnya dilakukan sama seperti contoh diatas.

Bacaan Doa Sholat Dhuha Lengkap Bahasa Arab – Bahasa Indonesia dan Artinya

اَللهُمَّ اِنَّ الضُّحَآءَ ضُحَاءُكَ، وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ، وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ، وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ، وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ، وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ. اَللهُمَّ اِنْ كَانَ رِزْقَى فِى السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ وَاِنْ كَانَ فِى اْلاَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَاِنْ كَانَ مُعَسَّرًا فَيَسِّرْهُ وَاِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَاِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِىْ مَآاَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ

ALLAHUMMA INNADH DHUHA-A DHUHA-UKA, WAL BAHAA-A BAHAA-UKA, WAL JAMAALA JAMAALUKA, WAL QUWWATA QUWWATUKA, WAL QUDRATA QUDRATUKA, WAL ISHMATA ISHMATUKA. ALLAHUMA INKAANA RIZQI FIS SAMMA-I FA ANZILHU, WA INKAANA FIL ARDHI FA-AKHRIJHU, WA INKAANA MU’ASARAN FAYASSIRHU, WAINKAANA HARAAMAN FATHAHHIRHU, WA INKAANA BA’IDAN FA QARIBHU, BIHAQQIDUHAA-IKA WA BAHAAIKA, WA JAMAALIKA WA QUWWATIKA WA QUDRATIKA, AATINI MAA ATAITA ‘IBADIKASH SHALIHIN.

Artinya: “Wahai Tuhanku, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagunan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu, Wahai Tuhanku, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, kekuasaan-Mu (Wahai Tuhanku), datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba-hambaMu yang soleh”.

Semoga Bermanfaat..

Selasa, 28 Desember 2010

KAIFIYAH SHALAT MENURUT SUNNAH

Shalat adalah soko guru agama dan kepribadian. Siapa yang mendirikan shalat sama dengan menegakkan agama, dan siapa yang meninggalkan sama dengan merobohkan agama. Karena itu shalat akan menjadi pertanggungjawaban setiap muslim dalam mahkamah di akhirat kelak.
Mengetahui tata cara shalat teramat vital. Oleh karena itu shalat perlu diajarkan sejak dini dengan cara yang baik sesuai tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah telah menegaskan:

  صَلُّوْا كَمَا رَاَيْتُمُوْنِى اُصَلِّى

 “Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat” (HR. Bukhari).

Shalat adalah ibadah yang paling banyak beliau terangkan secara teori dan praktik. Bahkan beliau pernah melakukan shalat di atas mimbar untuk mengajarkan kepada para sahabat. Di atas mimbar beliau berdiri dan ruku’, kemudian bersabda kepada para sahabat:

اِنَّمَا صَنَعْتُ هَذَا لِتَأْتَمُّوابِي وَلِتَعْلَمُوْا صَلَاتِيْ
“Ini aku lakukan tidak lain adalah agar kamu bermakmum kepadaku dan mengetahui shalatku” (HR. Bukhari-Muslim).

1.   Menghadap Kiblat
Menghadap kiblat dengan seluruh badan, tanpa menoleh dan berpaling. Rasulullah Saw dalam melaksanakan shalat fardhu dan sunnah menghadap kiblat, sebagaimana sabda beliau:

إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَأَسْبِغْ الْوُضُوءَ ثُمَّ اسْتَقْبِلْ الْقِبْلَةَ فَكَبِّرْ

Bila engkau berdiri untuk melakukan sholat maka sempurnakanlah wudhumu, kemudian menghadaplah kiblat, lalu takbirlah (HR. Bukhari dan Muslim).

Ketika shalat Rasulullah Saw melakukan shalat sambil berdiri sesuai dengan perintah Allah Ta'ala dalam QS al-Baqarah ayat 238 (artinya) ”Berdirilah untuk Allah (dalam sholatmu) dengan khusyu.”

Dalam sebuah riwayat Tirmidzi dan Ahmad disebutkan bahwa Rasulullah Saw melakukan shalat menjelang datang ajalnya sambil duduk. Dalam kesempatan lain beliau melakukan shalat sambil duduk, yaitu ketika sakit. Sedangkan orang-orang di belakangnya mengikutinya sambil berdiri. Lalu Rasulullah Saw memberikan isyarat agar mereka duduk, maka merekapun duduk. Setelah selesai shalat beliau bersabda:

إِنَّمَا جُعِلَ الْإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ فَإِذَا رَكَعَ فَارْكَعُوا وَإِذَا رَفَعَ فَارْفَعُوا وَإِذَا صَلَّى جَالِسًا فَصَلُّوا جُلُوسًا

”Sesungguhnya keberadaan imam adalah agar diikuti. Bila ia ruku, maka rukulah; bila berdiri maka berdirilah; dan jika shalat sambil duduk maka duduklah bersama-sama”. (HR Muslim).

2.   Niat
  Niat shalat yang akan dikerjakan tanpa diucapkan. Dalam kitab Raudhatu ath-Thalibin (1/224 cet. Al-Maktab al-Islami) Imam Nawawi berkata, “Niat adalah maksud. seseorang yang akan melakukan shalat tertentu dalam hatinya telah terdetik maksud shalat yang akan dilakukannya seperti shalat Dzuhur, sholat fardhu, dan lainnya. Kemudian maksud ini dinyatakan bersamaan dengan awal takbir.”
Rasulullah Saw bersabda ِ :

1 - عن عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وهو عَلَى الْمِنْبَرِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى ( رواه البخارى)

Artinya : Diriwayatkan dari Umar bin Khathah ketika dia di atas mimbar, mengatakan : Aku mendengar Rasululah Saw bersabda :”Sesungguhnya segala perbuatan itu harus disertai dengan niat, dan sesungguhnya setiap orang mendapatkan balasan sesuai dengan niatnya." (HR. Bukhori)


3.   Takbiratul ihram dan takbur-takbir lainnya (caranya)

Setelah meghadap kiblat, lalu takbiratul ihram dengan mengucapkan Allahu akbar, sambil mengangkat kedua tangan hingga sejajar dengan kedua pundak atau sejajar dengan daun telinga berdara riwayat berikut ini :.

693 - عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ إِذَا افْتَتَحَ الصَّلَاةَ وَإِذَا كَبَّرَ لِلرُّكُوعِ وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ رَفَعَهُمَا كَذَلِكَ أَيْضًا وَقَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ وَكَانَ لَا يَفْعَلُ ذَلِكَ فِي السُّجُودِ ( رواه البخارى )

Artinya : Salim meriwayatkan dari ayahnya (Abdullah), bahwa Rasulullah Saw mengangkat kedua tangannya sejajar dengan kedua pundaknya jika beliau memulai shalat, dan jika bertakbir untuk ruku' dan ketika beliau mengangkat kepalanya dari ruku' beliau mengangkat kedua tanganya seperti itu juga, seraya mengucapkan "sami'allahu iman hamidah eabbana walakal hamdu". Dan yang demikian itu tidaak beliau lakukan dalam sujud. (HR Bukhari).

Sedang dalam riwayat lain dikatakan :

589 - عَنْ مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا كَبَّرَ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِيَ بِهِمَا أُذُنَيْهِ ( رواه مسلم )

Artinya : Malik bin al-Huwairits meriwayatkan, bahwa Rasulullah Saw jika bertakbir, beliau mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan telinganya …dst. (HR. Muslim).

Yang dalam riwayat Qatadah juga oleh Imam Muslim dipertegas setinggi daun telinga :

عَنْ قَتَادَةَ بِهَذَا الْإِسْنَادِ أَنَّهُ رَأَى نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ حَتَّى يُحَاذِيَ بِهِمَا فُرُوعَ أُذُنَيْهِ

Artinya : Dari Qatadah dengan sanad ini juga, dia mengatakan : Hingga kedua tanggnya itu bersejajar / setinggi daun telinganya.

4.   Bersedekap
Meletakkan kedua tangan di atas dada, sambil bersedekap, tangan kanan di atas pergelangan tangan kiri, atau telapak tangan kanan di atas punggung telapak tangan kiri.


Dari Wail bin Hujr, ia berkata:

صَلَّيْتُ مَعَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَوَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى يَدِهِ الْيُسْرَى عَلَى صَدْرِهِ

“Aku pernah shalat bersama Rasulullah Saw dan beliau meletakkan tangan kanannya di ata tangan kirinya di dada” (HR. Ibnu Khuzaimah)

عَنْ عَاصِمِ بْنِ كُلَيْبٍ بِإِسْنَادِهِ وَمَعْنَاهُ قَالَ فِيهِ ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى ظَهْرِ كَفِّهِ الْيُسْرَى وَالرُّسْغِ وَالسَّاعِدِ ( رواه ابوداود )

Artinya : Dari Ashim bin Kulaib denghan sanad dan ma'na yang sama (dalam hadis yangpanjang) di situ dikatakan : Dan Nabi Saw meletakkan tangan kanan di atas punggung telapak tangan kiii dan di atas pergelangan dan lengannya; (HR Abu Daud)

Dilarang sedekap itu dengan meletakkan tangan di pinggul :

6878 - عَنِ أَبَى هُرَيْرَةَ يَقُولُ نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الِاخْتِصَارِ فِي الصَّلَاةِ ( رواه احمد ومسلم وابوداود وغيرهم )

Artinya : Abu Hurairah mengatakan : Rasulullah Saw melarang ikhtishar (meletakkan tangan pada pinggulnya) dalam shalat. (HR Ahmad, Muslim, Abu Daud dll).

5. Melihat tempat sujud
Sambil melihat tempat sujud :

وكان صلى الله عليه وسلم اذا صلى طأطأ رأسه ورمى ببصره نحو الارض ( رواه البيهقى والحاكم / البانى 80)

Artinya : Dan Nabi Saw apabila shalat beliau menundukkan kepalanya serta melemarkan pandanganya pada tanah (tempat sujud). (HR Baihaqi dan Hakim).

6.   Membaca do'a iftiftah, antara lain   

اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنْ الدَّنَسِ اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ

"Ya Allah, jauhkanlah antaraku dengan kesalahan-kesalahanku, sebagaimana Engkau telah menjauhkan antara timur dan barat; Ya Allah, sucikanlah aku dari kesalahan-kesalahanku seba-gaimana pakaian putih disucikan dari segala kotoran; Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesa-lahan-kesalahanku dengan air, es dan salju" (Muttafaq `alaih yang bersumber dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam).

Boleh juga membaca do'a yang lain, seperti:

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرَكَ
"Maha Suci Engkau, Ya Allah, dengan segala puji bagiMu, Maha Mulia Nama-Mu, dan Maha Tinggi kemuliaan-Mu, tiada Tuhan yang yang berhak disembah selain Engkau".(HR. Abu Daud)

7.   Membaca Ta’awud

أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ
“Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk dari semburannya, kesombongannya, dan embusannya” (HR Abu Daud, Ibnu Majah, Daruquthni & Hakim).
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

“Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk” (HR Abu Daud).

8.   Membaca al Fatihah
Dan dilanjutkan dengan membaca surat Al-Fatihah, sebagaimana sabda Rasulullah Saw:

لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
”Tidak sah shalat seseorang apabila tidak membaca surah al-Faatihah” (HR Bukhari, Muslim dan Baihaqi)
مَنْ صَلَّى صَلَاةً لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَهِيَ خِدَاجٌ ثَلَاثًا غَيْرُ تَمَامٍ
“Siapa yang shalat tidak membaca al fatihah, shalatnya kurang, tidak sempurna” (HR Muslim )
Rasulullah Saw membaca surat al-Faatihah dengan memotong setiap ayat :


a. Bismillaahir-rahmanir-rahim.
b. Alhamdulillaahirab-bil’aalamiin.
c. Sampai dengan akhir ayat.

Dilanjutkan dengan mengucapkan:   آمِينَ   (Kabulkanlah ya Allah)

Dalam hadits riwayat Bukhari dan Abu Daud disebutkan bahwa ketika Rasulullah Saw selesai membaca al-Faatihah, beliau mengucapkan amin dengan suara jelas dan panjang. Orang-orang yang bermakmum pun dianjurkan untuk mengucapkannya. Sabda beliau:

إِذَا قَالَ الْإِمَامُ{ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ } فَقُولُوا آمِينَ فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ قَوْلُهُ قَوْلَ الْمَلَائِكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

”Apabila imam sholat mengucapkan ”Ghoiril maghdhuubi’alaihim waladhaaliin” maka katakanlah ”Amin”. (Sesungguhnya malaikiat berkata ”Amin” dan imampun mengucapkan ”Amin”).

إِذَا أَمَّنَ الْإِمَامُ فَأَمِّنُوا فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ تَأْمِينُهُ تَأْمِينَ الْمَلَائِكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تََدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Dalam lafal lain disebutkan bahwa jika seorang imam sholat mengucapkan amin, maka ikutilah dengan mengucapkan amin. Apabila ucapan amin itu bersama dengan ucapan malaikat, (Dalam lafal lain disebutkan: Apabila seseorang mengucapkan amin dalam sholat, dan para malaikat di langit mengucapkan amin dengan bersamaan) niscaya dosa-dosanya akan diampuni.” (HR Bukhari, Muslim & Nasa’i).

Rasulullah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam juga bersabda ”Tidak ada suatu yang paling menjadikan orang-orang Yahudi iri kepada kalian kecuali ucapan salam dan amin (dibelakang imam).” (HR Bukhari, Ibnu Majah dan Ahmad).

9.   Membaca Surat atau Ayat al Qur’an
Setelah membaca al-Faatihah, Rasulullah  Saw membaca surat atau ayat al Qur’an. Terkadang membaca surat panjang dan kadang surat pendek karena suatu sebab seperti sedang dalam perjalanan, sakit batuk atau sakit lainnya. Atau mendengar tangis anak kecil sebagaimana yang disebutkan oleh Anas bin Malik ra.

10.   Rukuk
Yaitu mKedua tangan diletakkan  tangannya pada lutut dengan merapatkan jari jemari. Punggung harus dalam keadaan lurus sejajar dengan kepala sambil thuma'ninah sambgil membaca :

"Maha Suci Tuhan-Ku Yang Maha Besar"
Dan lebih diutamakan membacanya tiga kali atau lebih, dan di samping itu dianjurkan pula membaca:

"Maha Suci Engkau, Wahai Rabb kami dan dengan segala puji bagiMu, Ya Allah, ampunilah aku".


Rasulullah Saw bersabda:

إِنَّ أَسْوَأَ النَّاسِ سَرِقَةً الَّذِي يَسْرِقُ صَلَاتَهُ قَالُوْا يَا رَسُوْلَ اللهِ كَيْفَ يَسْرِقُهَا قَالَ : لَايَتِمُّ رُكُوْعُهَا وَلَا سُجُوْدُهَا.

”Sesungguhnya Pencuri yang paling jahat adalah pencurian yang mencuri dalam shalatnya.” Para sahabat bertanya ”Wahai Rasulullah bagaimana yang dimaksud dengan mencuri dalam shalat itu?” Rasulullah menjawab ”Yaitu orang yang tidak sempurna rukuk dan sujudnya dalam shalat.” (HR. Ibnu Abi Syaibah).




11.  I’tidal
Berdiri dari rukuk dengan tegak dan lurus kedua tangan lurus menempel pada paha, sambil membaca :

"Semoga Allah mendengar orang yang memuji-Nya".
Lalu di saat berdiri berdoa:



"Wahai Rabb kami, milikMu segala pujian sebanyak-banyaknya lagi baik dan penuh berkah, sepenuh langit dan bumi, sepenuh apa yang ada di antara keduanya dan sepenuh apa saja yang Engkau kehendaki kelak".
 Adapun jika ia sebagai ma'mum, maka di saat mengangkat kepala mengucapkan:

 "
Wahai Rabb kami, milikMu lah segala puji-an"... hingga akhir bacaan di atas.
Terkait dengan i’tidal Rasulullah Saw bersabda:

ثُمَّ قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ وَرَفَعَ يَدَيْهِ وَاعْتَدَلَ حَتَّى يَرْجِعَ كُلُّ عَظْمٍ فِي مَوْضِعِهِ مُعْتَدِلًا
“… kemudian beliau bersabda: Sami’allahu lima hamidah sambil mengangkat kedua tangannya dan tegak sehingga tiap-tiap tulang kembali kepada posisinya semula.” (HR Tirmidzi & Ahmad)
Ada pula yang beri'tidal dengan sendekap, memaham hadis yang berbunyi :

"Kami para nabi dperintah untuk meletakkan tangan di dadadada (sendekap) dalam shalat";

12.   Sujud
Caranya yaitu dengan mengangkat kedua trangan sejajar demham [undal dan setinggi daun  telinga sambil mengucapkan Allahu Akbar, turun ke tempat sujud dengan mendahulukan kedua lutut. Sujud di atas tujuh anggota tubuh, yaitu dahi bersama hidung, kedua telapak tangan, kedua lutut dan ujung jari kedua telapak kaki. Dahi dan hidung ditekankan ke tempat sujud. Kedua telapak tangan dengan jari-jari rapat diletakkan di tempat sujud sejajar dengan bahu, kedua siku diangkat, kalau mungkin (karena shalat sendirian misalnya), kedua siku direnggangkan seolah-olah nampak ketiaknya. Kedua ujung kaki ditegakkan menghadap kiblat, sambil membaca do'a:
"Maha Suci Rabbku Yang Maha Tinggi." tiga kali atau lebih:
 Dianjurkan pula membaca:

"Maha Suci Engkau, Ya Allah Rabb kami, dengan segala puji bagi-Mu. Ya Allah ampunilah aku ".

Dan memperbanyak do'a, sebagaimana sabda Nabi Saw:

"Adapun ruku`, maka agungkanlah Tuhan pada saat itu, dan adapun sujud, maka bersungguh-sungguhlah kalian dalam berdo'a, sebab layak untuk diterima bagi kalian." (HR. Muslim)

Dan juga sabda beliau Saw ::
"Posisi terdekat seorang hamba kepada Tuhannya adalah di saat ia sedang sujud, maka dari itu perbanyaklah do'a."(HR. Muslim)



13.   Duduk antara dua sujud
Mengangkat kepala dari sujud sambil mengucapkan Allahu Akbar. Cara duduk yaittu  kaki kanan di tegakkan, dan kaki kiri dijadikan alas duduk. Disebut iftirasy  Kedua tangan diletakkan di atas paha ujung lutut sambil berdoa:

رَبِّ اغْفِرْلِى رَبِّ اغْفِرْلِى
 Wahai Tuhanku, ampunilah aku; wahai Tuhanku, ampunilah aku”.
Atau:
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَعَافِنِي وَاهْدِنِي وَارْزُقْنِي

”Ya Allah ampunilah aku, kasihanilah aku, cukupkanlah aku, angkatlah derajatku, berilah aku petunjuk, jadikanlah aku sehat dan berilah rizki.” (HR Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Hendaknya thuma'ninah waktu duduk, hingga setiap persendian benar-benar berada pada posisinya, sebagaimana di saat ia berdiri i`tidal sebelum ruku`, karena Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memanjangkan (waktu) i`tidalnya sesudah ruku` dan ketika duduk di antara dua sujud. Demikian sebagaimana apa yang diajarkan Rasulullah Saw ke[ada orang yang disebut musi'ush shslah (orang yang shalatnya tidak beres) :
6174- قَالَ رسول الله ( ص ) إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَأَسْبِغْ الْوُضُوءَ ثُمَّ اسْتَقْبِلْ الْقِبْلَةَ فَكَبِّرْ
وَاقْرَأْ بِمَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنْ الْقُرْآنِ ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا ثُمَّ ارْفَعْ رَأْسَكَ حَتَّى تَعْتَدِلَ قَائِمًا
ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَسْتَوِيَ وَتَطْمَئِنَّ جَالِسًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ
سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَسْتَوِيَ قَائِمًا ثُمَّ افْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلَاتِكَ كُلِّهَا ( متفق عليه )
Artinya : Rasulullah Saw bersabda : "Jika kamu hendak mengerjakan shalat, maka sempurnakanlah wudhu'. Lalu menghadap kiblat, lalu takbir dan baca ayat Qur'an apa yang kamu anggap mudah bagimu, lalu ruku' hingga kamu benar-benar tenang (tuma'ninah) dalam keadaan ruku'. Kemudian kamu angkat kepalamu hingga benar-benar kamu berdiri lurus (i'tidal), lalu sujudlah hingga benar-benar kamu tenang dalam keadan sujud itu. Kemudian angkat (kepala) hingga benar-benar sempurna dan kamu benar-benar tuma'ninah dalam keadaan duduk. Kemudian sujud lagi hingga benar-benar kamu tama'ninah dalam keadaan sujud. Lalu berdiri hingga sempurna (lurus) dalam keadaan berdiri. Kemudian kerjakan seperti itu dalam shalatmu semuanya". (HR Bukhari dan Muslim).
Dalam poosisi duduk antara dua sujud ini ada yang mengangkat jari telujuknya, berdasar keumumam hadis :

وَقَدْ ذَكَرَ مُسْلِمٌ الْحَدِيثَ بِطُولِهِ فِي " صَحِيحِهِ " قَالَ :كَانَ رَسُولُ اللّهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ إذَا قَعَدَ فِي الصّلَاةِ جَعَلَ قَدَمَهُ الْيُسْرَى بَيْنَ فَخِذِهِ وَسَاقِهِ وَفَرَشَ قَدَمَهُ الْيُمْنَى وَوَضَعَ يَدَهُ الْيُسْرَى عَلَى رُكْبَتِهِ الْيُسْرَى وَوَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى وَأَشَارَ بِأُصْبُعِهِ ( زاد المعاد 1: 232)

Artinya :  Imam Muslim dalam Shaihnya, dalam hadis yang panjang, antara lain menyebutkan : Adaalah Rasulullah Saw ketika duduk dalam shalat beliau nenyilangkan kaki kirinya antara paha dan betisnya dengan menjajdikan kaki kanannya itu sebagai alas duduk, dan beliau meletakkan tangan kiri di atas lutu kiri dan tangan kanan di atas lutu kanan sambil berisyarat dengan jari telunjuknya. (Zadul Ma'ad, juz I, hal. 323)



14.   Sujud kedua

Sujud lagi sebagaimana sujud pertama sambil mengucapkan Allahu Akbar.
     
15.   Mengangkat kepala, bangun dari sujud
Bangun dari sujud untuk raka'at kedua ini sambil mengucapkan Allahu Akbar. Namun sebelumnya hendaknya  duduk sejenak.  seperti duduk antara dua sujud., yang dikenal dengan duduk istirahah Dan pada duduk ini tidak ada bacaan atau  do'a apapun. Tetapi boleh juga terus berdiri tanpa duduk. Boleh tanpa duduk istirahat, karena banyak sahabat yang yidak melakukannya, seperrti riwayat di bawah ini :

عن نعمان بن الاشعرى قال : ادركت غير واحد من اسحاب البى ص فكان اذا رفع رأسه
من السجدة فىاول ركعة وفى الثالثة قام كما هو ولم يجلس  ( رواه ابن المنذر )

Artinya : Nu'man bin al-Asy'ari mengatakan : Saya menjumpai tidak hanya seorang sahabat Nabi Saw  yang apabila mengangkat kepalanya (berdiri) dari sujud dalam raka'at pertama dan ketiga adalah berdiri sebagaimana biasa tanpa duduk. (Nailul Authar. Terj. 2 : 566)

Sampai di sini dinamakan sudah dapat satu rakaat. Lalu bangkit dan berdiri untuk melakukan raka`at yang kedua dengan bersanggah pada kedua lutut jika memungkinkan, dan jika tidak memungkinkan, maka bersanggah kepada kedua tangan di atas lantai. Pada rakaat kedua bacaan dan gerakannya sama seperti pada rakaat pertama. Hanya saja pada rakaat kedua tidak membaca doa iftitah. Berdiri ke rakaat kedua dan keempat harus membaca takbir tanpa mengangkat kedua tangan. Sedangkan berdiri ke rakaat ketigas harus membaca takbir sambil mengangkat kedua tangan.

16.  Duduk tasyahud
Selesai rakaat kedua Rasulullah Saw duduk iftirasy’. Yaitu menjadi kaki kanannya alas duduk Sebagaimana sabdanya:

فَإِذَا جَلَسْتَ فِي وَسَطِ الصَّلَاةِ فَاطْمَئِنَّ وَافْتَرِشْ فَخِذَكَ الْيُسْرَى ثُمَّ تَشَهَّدْ

”Bila kamu duduk di pertengahan sholat, hendaklah kamu melakukan thumuninah. Lalu hamparkanlah telapak kaki kirimu kemudian bacalah tasyahud.” (HR Abu Daud dan Baihaqi).

Sambil tangan kanan diletakkan di atas paha kanan dengan menggenggam semua jari kecuali jari telujuk. Jari manis dan jari kelingking tangan kanan digenggamkan, sedangkan ibu jari dibentuk lingkaran dengan jari tengah dan berisyarat dengan jari telunjuk. Sedangkan tangan kiri diletakkan pada (ujung) paha kiri dan lutut; lalu membaca tasyahhud:



Kemudian dilanjutkan dengan membaca:

Lalu memohon perlindungan kepada Allah dari empat hal dengan membaca:



17.   Salam
Setelah itu memberi salam dengan menoleh ke kanan dan salam dengan menoleh ke kiri.
a.    Ke kanan dengan mengucapkan:
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
b.   Ke kiri dengan mengucapkan:
 اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Atau:
a.      Ke kanan dengan mengucapkan:
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
b.      Ke kiri dengan mengucapkan:
 اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ
Atau:
a.      Ke kanan dengan mengucapkan:
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ
b.      Ke kiri dengan mengucapkan:
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ
       
Atau:

a.      Ke kanan dengan mengucapkan:
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ
b.      Ke kiri dengan mengucapkan:
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ

Catatan:

Untuk shalat tiga rakaat, seperti shalat Maghrib dan shalat empat rakaat, seperti Isya’, Dhuhur dan Ashar, ada dua kali duduk, yaitu:

a.      Duduk pertama sambil membaca tahiyat. Kaki kanan ditegakkan sedangkan kaki kiri dibentangkan di tanah sebagai alas duduk. Duduk ini dinamakan iftirasy.
b.      Duduk kedua sambil membaca tahiyat. Kaki kanan ditegakkan, sedangkan kaki kiri diselempangkan di bawah kaki kanan, kemudian mendudukkan pantat di atas tanahduduk seperti ini dinamakan tawarruk.

Akhirnya. semoga Allah Swt menerima shalat kita dan amal kita secara keseluruhan, dan menyimpan pahala shalat kita sampai kita bertemu dengan-Nya. “Di hari tidak bermanfaat lagi harta dan anak-anak kecuali yang datang dengan hati yang suci”. 


Dipresentasikan oleh KH. Mu’ammal Hamidy, Lc pada SEMINAR : "Shalat : Kaifiyah dan Seluk-beluknya" di Masjid Ummul Mu'minin- Jl. Baratajaya VIII/ 08 Surabaya, pada Sabtu, 25 Desember 2010
 

Template by : Pesantren Facebook Inspiratif : kendhin x-template.blogspot.com