Jumat, 24 September 2010

IKHLAS DAN NIAT

Allah berfirman :(Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Mereka itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan ) Huud :15-16

Dari Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu, dia berkata : Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya segala pekerjaan itu ( diterima atau tidaknya di sisi Allah )hanyalah tergantung niatnya, dan setiap orang hanya akan mendapatkan apa yang diniatkannya, maka barangsiapa hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa hijrahnya untuk mendapatkan dunia atau seorang wanita yang akan dia menikah dengannya, maka hijrahnya kepada apa yang dia niatkan. HR. Muttafaq 'alaih.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dia berkata : Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya orang yang pertama kali diputuskan perkaranya di hari kiamat adalah seseorang yang mati syahid di jalan Allah, maka dia didatangkan, dan diperlihatkan kepadanya segala nikmat yang telah diberikan kepadanya di dunia, lalu ia mengenalinya, maka Allah berkata kepadanya : apa yang telah kamu lakukan dengan nikmat ini ? maka orang itu menjawab : aku berperang di jalan-Mu sampai mati syahid, maka Allah berkata : kamu berdusta, akan tetapi kamu berperang agar dikatakan bahwa kamu adalah seorang pemberani, dan yang sedemikian itu telah diucapkan ( kamu telak dipuji-puji dst sebagai imbalan apa yang telah kamu niatkan.pent. ) maka diperintahkan supaya dia diseret di atas mukanya sampai dilemparkan di api neraka, dan seseorang yang mempelajari ilmu dan mengajarkannya, dan menghapal al-Qur'an, lalu dia didatangkan dan diperkenalkan kepadanya segala nikmat yang telah dikaruniakan kepadanya di dunia, maka diapun mengenalinya, maka dikatakan kepadanya : apa yang telah kamu lakukan dengan nikmat ini ? maka dia menjawab : aku mempelajari ilmu dan mengajarkannya kepada orang lain, dan membaca al-Qur'an untuk-Mu. Maka Allah berkata : kamu berdusta, akan tetapi kamu belajar dengan tujuan agar engkau dibilang seorang alim, dan engkau membaca/menghapal al-Qur'an supaya dibilang engkau seorang penghapal/pembaca al-Qur'an yang baik, dan semua itu sudah dikatakan (kamu telah mendapat pujian yang kamu harapkan sebagai imbalan niatmu) lalu diperintahkan agar dia diseret di atas mukanya sehingga dia dilemparkan ke api neraka, dan seseorang yang Allah berikan kepadanya keluasan rizki dan diberikan kepadanya segala macam harta, lalu dia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya segala nikmat yang telah diberikan kepadanya dan dia mengenalinya, maka Allah berkata kepadanya : apa yang kamu kerjakan dengan nikmat ini ? maka dia menjawab: tidak ada suatu jalan yang Engkau suka harta yang telah Engkau berikan agar dibelanjakan padanya kecuali aku telah membelanjakan harta itu di jalan tersebut karena Engkau, maka Allah berkata : Kamu berdusta, akan tetapi kamu melakukan itu agar dibilang bahwa kamu adalah seorang dermawan dan yang sedemikian itu telah dikatakan (kamu telah mendapat pujian tersebut di dunia sebagai imbalan dari niatmu itu), lalu diperintahkan agar dia diseret di atas mukanya sehingga dia dilemparkan ke api neraka.(HR.Muslim).

Keterangan singkat :

Niat adalah dasar segala perbuatan, oleh karena itu setiap perbuatan manusia diterima tidaknya disisi Allah sebatas niatnya, maka barangsiapa mengerjakan suatu pekerjaan niatnya murni karena Allah dan mengharapkan ganjaran akhirat, sedang perbuatannya itu sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka amalnya akan diterima oleh Allah, dan barangsiapa niatnya untuk selain Allah atau tidak ikhlas karena Allah seperti dia menyekutukan-Nya dengan makhluk, maka pekerjaannya itu akan ditolak dan akan menjadi bencana baginya.

Hikmah yang dapat diambil dari ayat dan hadits di atas :

Bahwa dari syarat diterimanya amal adalah ikhlas yaitu bermaksud dengan amalnya itu karena Allah Ta'ala. Pentingnya ikhlas, karena amal tanpa ikhlas akan menjadi bencana bagi yang mengerjakan pekerjaan tersebut, walaupun pekerjaan tersebut termasuk dari perbuatan ibadah yang mulia ( seperti memberikan sedekah, membaca al-Qur'an, mengajarkan ilmu bagi orang lain, bahkan mati syahid dalam medan perang melawan orang-orang kafir). Bahwa baiknya bentuk suatu pekerjaan tidak cukup untuk diterimanya amal itu di sisi Allah akan tetapi harus dibarengi dengan niat ikhlas. Wajibnya memperbaiki niat dalam segala perbuatan, dan berusaha keras untuk selalu ikhlas dalam beramal.

TIGA AMALAN BAIK


1.    Istiqomah. yaitu kokoh dalam aqidah dan konsisten dalam beribadah.

Begitu pentingnya istiqomah ini sampai Nabi Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam berpesan kepada seseorang seperti dalam Al-Hadits berikut:
“Dari Abi Sufyan bin Abdullah Radhiallaahu anhu berkata: Aku telah berkata,

 “Wahai asulullah katakanlah kepadaku pesan dalam Islam sehingga aku tidak perlu bertanya kepada orang lain selain engkau. Nabi menjawab,
 ‘Katakanlah aku telah beriman kepada Allah kemudian beristiqamahlah’.” (HR. Muslim).
Orang yang istiqamah selalu kokoh dalam aqidah dan tidak goyang keimanan bersama dalam tantangan hidup. Sekalipun dihadapkan pada persoalan hidup, ibadah tidak ikut redup, kantong kering atau tebal, tetap memperhatikan haram halal, dicaci dipuji, sujud pantang berhenti, sekalipun ia memiliki fasilitas kenikmatan, ia tidak tergoda melakukan kemaksiatan.

Orang seperti itulah yang dipuji Allah Subhannahu wa Ta'ala dalam Al-Qur-an surat Fushshilat ayat 30:

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatahkan): “Janganlah kamu merasa takut, dan janganlah kamu merasa sedih, dan bergembiralah dengan syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (Qs. Fushshilat: 30)

2.    Istikharah, selalu mohon petunjuk Allah dalam setiap langkah dan penuh pertimbangan dalam setiap keputusan.

Setiap orang mempunyai kebebasan untuk berbicara dan melakukan suatu perbuatan. Akan tetapi menurut Islam, tidak ada kebebasan yang tanpa batas, dan batas-batas tersebut adalah aturan-aturan agama. Maka seorang muslim yang benar, selalu berfikir berkali-kali sebelum melakukan tindakan atau mengucapkan sebuah ucapan serta ia selalu mohon petunjuk kepada Allah.
Nabi Shalallaahu alaihi wasalam pernah bersabda:

Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik atau diamlah. (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).

Orang bijak berkata “Think today and speak tomorrow” (berfikirlah hari ini dan bicaralah esok hari).
Kalau ucapan itu tidak baik apalagi sampai menyakitkan orang lain maka tahanlah, jangan diucapkan, sekalipun menahan ucapan tersebut terasa sakit. Tapi ucapan itu benar dan baik maka katakanlah jangan ditahan sebab lidah kita menjadi lemas untuk bisa meneriakkan kebenaran dan keadilan serta menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.

Mengenai kebebasan ini, malaikat Jibril pernah datang kepada Nabi Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam untuk memberikan rambu-rambu kehidupan, beliau bersabda:

Jibril telah datang kepadaku dan berkata: Hai Muhammad hiduplah sesukamu, tapi sesungguhnya engkau suatu saat akan mati, cintailah apa yang engkau sukai tapi engkau suatu saat pasti berpisah juga dan lakukanlah apa yang engkau inginkan sesungguhnya semua itu ada balasannya. (HR.Baihaqi dari Jabir).

Sabda Nabi Shalallaahu alaihi wasalam ini semakin penting untuk diresapi ketika akhir-akhir ini dengan dalih kebebasan, banyak orang berbicara tanpa logika dan data yang benar dan bertindak sekehendakya tanpa mengindahkan etika agama . Para pakar barang kali untuk saat-saat ini, lebih bijaksana untuk banyak mendengar daripada berbicara yang kadang-kadang justru membingungkan masyarakat.

Kita memasyarakatkan istikharah dalam segala langkah kita, agar kita benar-benar bertindak secara benar dan tidak menimbulkan kekecewaan di kemudian hari.
Nabi Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:

Tidak akan rugi orang yang beristikharah, tidak akan kecewa orang yang bermusyawarah dan tidak akan miskin orang yang hidupnya hemat. (HR. Thabrani dari Anas)
3.    Istighfar, yaitu selalu instropeksi diri dan mohon ampunan kepada Allah Rabbul Izati.

Setiap orang pernah melakukan kesalahan baik sebagai individu maupun kesalahan sebagai sebuah bangsa. Setiap kesalahan dan dosa itu sebenarnya penyakit yang merusak kehidupan kita. Oleh karena ia harus diobati.

Tidak sedikit persoalan besar yang kita hadapi akhir-akhir ini yang diakibatkan kesalahan kita sendiri. Saatnya kita instropeksi masa lalu, memohon ampun kepada Allah, melakukan koreksi untuk menyongsong masa depan yang lebih cerah dengan penuh keridloan Allah.

Dalam persoalan ekonomi, jika rizki Allah tidak sampai kepada kita disebabkan karena kemalasan kita, maka yang diobati adalah sifat malas itu. Kita tidak boleh menjadi umat pemalas. Malas adalah bagian dari musuh kita. Jika kesulitan ekonomi tersebut, karena kita kurang bisa melakukan terobosan-teroboan yang produktif, maka kreatifitas dan etos kerja umat yang harus kita tumbuhkan.

Akan tetapi adakalanya kehidupan sosial ekonomi sebuah bangsa mengalami kesulitan. Kesulitan itu disebabkan karena dosa-dosa masa lalu yang menumpuk yang belum bertaubat darinya secara massal. Jika itu penyebabnya, maka obat satu-satunya adalah beristighfar dan bertobat.

Allah berfirman yang mengisahkan seruan Nabi Hud Alaihissalam, kepada kaumnya:
“Dan (Hud) berkata, hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertaubatlah kepadaNya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa” (QS. Hud:52).

ORANG YANG BANGKRUT DI AKHIRAT


 "Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya : Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut ( pailit ) itu ? Maka mereka ( para sahabat ) menjawab : orang yang pailit di antara kita adalah orang yang tidak mempunyai uang dan harta. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menerangkan : orang yang pailit dari ummatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) shalat, puasa dan zakatnya, namun dia datang dan (dahulu di dunianya) dia telah mencela si ini, menuduh (berzina) si itu, memakan harta si ini, menumpahkan darah si itu dan telah memukul orang lain ( dengan tidak hak ), maka si ini diberikan kepadanya kebaikan orang yang membawa banyak pahala ini, dan si itu diberikan sedemikian juga, maka apabila kebaikannya sudah habis sebelum dia melunasi segala dosanya ( kepada orang lain ), maka kesalahan orang yang didzalimi di dunia itu dibebankan kepadanya, kemudian dia dilemparkan ke api neraka. HR. Muslim.
1. Keterangan singkat.
Di dunia ini, mungkin banyak orang-orang yang merasa kuat dapat membebaskan diri mereka dari jeratan hokum akibat perbuatan dzalim mereka terhadap orang lain, baik berupa hutang, membunuh tanpa alasan yang dibenarkan oleh Allah, mencaci maki orang lain dan sebagainya, namun tidak demikian dengan hukum dan keadilan yang Allah tegakkan di hari kiamat kelak, pada saat itu tidak seorang-pun yang dapat membebaskan diri dari kesalahannya selama di dunia yang dia tak pernah bertaubat dan menyesalinya, orang yang mereka dzalimi datang kehadapan Allah mengadukan kedzaliman orang tersebut sedang ia bergantung dengan kepala saudaranya sambil berkata : wahai Tuhan-ku tananyakan kepada orang ini ( yang telah membunuhku ) kenapa dia telah membunuhku di dunia ? dan sebagainya, sehingga Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berwasiat kepada ummatnya dengan sabdanya :  Barangsiapa disisi ada perbuatan dzalim terhadap saudaranya, maka hendaklah ia meminta dihalalkan ( dimaafkan ) sekarang sebelum datang hari yang tidak berlaku pada saat itu emas atau perak.sebelum diambil darinya kebaikannya untuk membayar kedzalimannya terhadap saudaranya, dan jika dia tidak mempunyai kebaikan, maka dibebankan kepadanya keburukan saudaranya itu kepadanya. HR.Bukhari.
Oleh karena itu, segeralah kita membabaskan diri kita dari mendzalimi orang lain, penuhilah setiap yang mempunyai hak akan haknya, dan jangan menunggu hari hari esok karena tidak seorangpun yang mengetahui akan keberadaannya di esok hari.
2.  Kandungan hadits :
·         Hadits ini menerangkan akan adanya pembalasan di hari kiamat.
·         Orang yang mendzalimi saudaranya di dunia, sedang dia belum bertaubat dari kedzaliman tersebut dengan meminta maaf atau mengembalikan haknya, maka dia harus membayarnya dengan kebaikannya.

"DIALAH IKHWAN IDAMANKU"


afwan ne sohep,ane kuasih preambule dulu ya,,jd musti sbr..Allah ja dah pesen "InnaAllaha Ma'as Shobirin".. jd gni hep awal mulanya..pas ane lagi iseng search gtu, ane nemu curhatan para akhwat..nah ane share jd artikel ini sapa tau tu br'mnfaat bt para akhwat n kale2 ad jg yg minat ma ane punya niat..apalagi klo bkn niat tu jd tmn dkt dunia akhirat..:-)))))bkn promo see tp mirip iklan diri dkitlah...(sama kaleee).. :-))))
(biar engga' merubah makna'n..ane ksh tu ori'n tp ada tG ane ksh komen dkit..gMesin soalX) ..

ne critanya :

... Siapa sih yang nggak ngarepin kebaikan? Kita yakin banget bahwa setiap orang pengen dapetin kebaikan. Ia berdoa dan berusaha untuk mendapatkan kebaikan tersebut. BTW, nggak ada salahnya juga kalo ngarepin kebaikan dalam urusan pendamping hidup. Namanya juga pendamping hidup, berarti harapannya, selama kita hidup ya si dia menjadi pendamping kita. Begitu pun sebaliknya. Sobat muda muslim, kalo pekan kemarin kita bahas dari sisi ikhwan yang punya hajat, sekarang kita pengen menelusuri harapan dan impian para akhwat tentang ikhwan. Maksudnya biar adil (satu sama), gitu lho. Oya, buat kamu yang masih SMA (apalagi SMP), tolong jangan merasa kalo bahasan kita kali ini tuh dewasa banget. Jangan ya. Soalnya, kalo kamu udah baligh kan disebut dewasa juga. Itu sebabnya, insya Allah masih cocok. Cuma mungkin perlu dengan catatan tambahan, bahwa kalo sampe mikirin nikah sementara masih berseragam putih-biru dan putih-abu, jangan dulu deh. Oke? Jadiin aja tulisan ini sebagai info penting buat ke depannya. Yup, pembelajaran seperti ini insya Allah penting banget. Sebab, kita juga ngeri dengan perkembangan temen-teman yang kayaknya udah “siaga satu” dalam kasus pergaulan bebas (termasuk seks bebas di dalamnya). Bahaya banget gitu lho. Jadi intinya, daripada anak-anak SMP or SMA dijejali dengan gaya hidup permisif dan hedonis, yang akhirnya membuat mereka salah asuh dan salah arah, mendingan kita kenalkan model pergaulan dalam Islam, khususnya dalam membentuk prinsip mencari pendamping hidup. 

Bukan mencari teman kencan saat pacaran. Tul nggak? Sobat muda muslim, setiap perbuatan yang kita lakuin tuh pasti sesuai dengan cara pandang kita terhadap perbuatan tersebut. Lebih luas lagi cara pandang kita tentang hidup. Kalo kita memandang hidup tuh sekadar tumbuh, berkembang, lalu sampai titik tertentu mati (dan nggak ada kehidupan akhirat), maka perbuatan kita pun bakalan ngikutin apa yang kita pahami tentang kehidupan tersebut. Kita bisa bebas berbuat apa saja sesuai keinginan kita, karena kita merasa bahwa hidup cuma di dunia. Kehidupan setelah dunia kita anggap nggak ada. Artinya, kita jadi nggak kenal ada istilah pahala dan dosa. Sebaliknya, bagi kita yang meyakini bahwa kita berasal dari Allah Swt. yang menciptakan kita semua, terus hidup di dunia juga adalah untuk ibadah kepadaNya, dan setelah kematian kita akan hidup di alam akhirat sesuai dengan amalan yang kita lakukan di dunia. Kalo banyak amal baik yang kita lakukan, insya Allah balasannya pahala dan di tempatkan di surga. 

Sebaliknya, kalo lebih banyak atau selama hidup kita maksiat, jelas dosa dan kita ditempatkan di akhirat di tempat yang buruk, yakni neraka. Naudzubillahi min dzalik. Nah, dengan sudut pandang terhadap kehidupan yang benar, maka ketika berbuat apapun kita akan menyesuaikan dengan cara pandang kita tentang kehidupan yang benar itu. Termasuk ketika mencari pendamping hidup kita. Nggak sembarangan lho. Nggak asal seneng ngeliatnya aja. Nggak asal bisa dipamerin (emangnya piala?). Nggak asal cuma banyak harta. Intinya sih, kita bakalan berpikir gimana seharusnya menurut aturan Islam. Bukan berpikir sebagaimana adanya kehidupan tersebut. Ini penting dan perlu. Sebab, kalo yang berpikirnya “sebagaimana adanya kehidupan”, ya akan berpikir bebas nilai. Misalnya ketika manusia itu dianggap berhak melakukan apa saja, maka tentu akan berbuat apa saja sesukanya (berzina, minum khamr, konsumsi narkoba, judi, pacaran dsb). Karena merasa mereka berhak ngelakuin hal tersebut. Nggak terikat aturan yang benar. Sementara yang berpikirnya “sebagaimana seharusnya”, maka ia akan nyocokkin dengan aturan yang benar. Karena menganggap kehidupan yang ada ini harus sesuai aturan yang benar, gitu lho. Dan Islamlah yang benar. BTW, kayak gimana sih ikhwan yang dicari, diharepin, dan diinginkan akhwat? Keimanannya dong ya… 

Sebagai seorang muslim, tentunya setiap perbuatan kita wajib menyesuaikannya dengan aturan Islam. Nggak boleh sesukanya. Nah, termasuk dalam hal memilih calon pendamping hidup, baik ikhwan maupun akhwat. Tapi di edisi pekan ini kita pengen tahu pendapat para akhwat soal ikhwan idamannya. Sebut saja Mawar, ia punya kriteria ikhwan idaman, “Yang saleh, baik, cakep, pengertian, ngerti agama,” paparnya via e-mail yang pertanyaan udah disebar STUDIA via beberapa mailing list. “Kalo aku sih pengennya tuh ikhwan taat beribadah alias sholeh, hormat sama ortu, sopan, baik hati, pinter. Tapi yang jelas yang pertama agamanya harus OK dan punya semangat berjuang di jalan Allah dengan istiqomah,” tulis Ninink dalam e-mailnya. Mila, bukan nama sebenarnya ikutan ngasih komen, “Tipe ikhwan yang disukai, biasa, standar akhwat: Baik agamanya, baik akhlaknya, baik sama keluargaku, mengerti aku (egois banget ya? Hehe..), lebih pinter dari aku (tapi bukan pinter ngeboong ya), punya inner (enak dipandang juga boleh), udah punya penghasilan en mapan (kalo ini request-an ibuku... hehehe),” Mila ngejembrengin via e-mailnya. 

Hmm.. para ikhwan, kedengarannya sederhana ya? Pengen ngarepin tipe ikhwan yang sholeh. Nah, masalahnya, amal sholeh tuh kan selalu digandeng dengan keimanan. Sebab, nggak mungkin ada amal sholeh tanpa keimanan. Nggak mungkin pula ada orang yang sholeh tapi nggak beriman. Tul nggak? ("Innaladzi amanu wamilussholihati")Cakep? Boljug deh... Ehm... akhwat juga manusia lho..(ane pkir robot tr'nyata manusia jg) Maka wajar dong kalo kepengen ‘gandengannya’ (truk kaleee..) tuh sedap dipandang mata. Meski nggak semua ngelihat tampang (emang sich tmpang ane pas-pas2an..pas ngangengin, pas nyejukin, pas dijadiin calon suami..embeeeer), tapi ada juga yang ngarepin nilai plusnya (apan tuch).Artinya, imannya oke tapi ganteng juga dong (jd GR ane..:-))..) Boleh-boleh aja sih. “Jujur aja kalo ngeliat ikhwan yang cakep mupeng alias muka pengen juga kali ya, apa lagi kalo dia rajin beribadah. Tapi kayaknya hanya suka sebatas penglihatan aja kali. Syukur-syukur sih bisa berjodoh ama dia he..he..he..” tulis Ira di surat elektroniknya. Sebut saja akhwat berinisial “sg”, doi nulis begini dalam e-mail yang dikirim ke STUDIA, “Tergantung sih, saya bukan tipe orang yang gampang suka ama cowok cakep. Sebab, saya suka cowok yang punya kekhasan cara pandang (ideologis gituuuh), rambutnya gondrong, celananya rombeng, berani berbicara, seneng baca buku (kecuali komik), terbuka/bijak (dalam arti, saat menemukan sesuatu yang benar mau menerima dan beralih dari cara pandang sebelumnya), wawasannya luas, tegas, PeDe, bertanggungjawab, cerdas booo, jidatnya nggak item, celana nggak nyongklang.” Waduh, nih sih diborong semua dong? Hehehe.. nggak apa-apa tiap orang kan berbeda selera. Silakan aja kalo mo nyari yang ganteng or cakep. Sah-sah aja. But, pastikan dong yang Arjuna-mu itu taat beribadah dan sholeh. Tul nggak? Kalo cuma cakep doang sih rugi. Tapi kalo ada yang keimanannya oke, ilmu agamanya oke, dan cakep pula, boleh juga diincer. Asal ada syaratnya, dia juga suka sama kamu. Gubrak! (iya dong, masa’ sih kita harus bertepuk sebelah tangan—Pupus dong jadinya) Perilakunya menyenangkan Umumnya sih, ikhwan yang udah oke keimanannya, insya Allah oke juga kepribadiannya. Sebab, setiap apa yang dilakukan itu pastinya ngikutin cara pandang kehidupannya. Artinya, apa yang diilakukannya sesuai yang dipahami. Tapi, kadang praktek beda ama teori. Nah, gimana nih dengan ikhwan yang jaim? Atau gimana pula menurutmu kalo ada ikhwan yang caper bin ganjen ama akhwat? “Aku nggak suka kalo ngeliat ikhwan yang jaim. Kayaknya dia tipe orang yang nggak pede untuk menunjukkan jati dirinya (cieee). Apalagi kalo ngeliat ikhwan yang caper dan ganjen ama akhwat, aku nggak suka banget. Karena biasanya ikhwan yang kayak gitu orangnya rese… kan nggak semua akhwat suka diganjenin (99,99 % nggak suka),” tulis Ira ke STUDIA. But, karena menurut Ira 99,99 persen akhwat nggak suka, ternyata masih ada tuh dari 0,01 persen akhwat yang suka tipe ikhwan yang jaim. Sebut aja Yanti, menurutnya, “Suka, sebab kita-kita jadi tengsin kalau mau jailin ikhwan jaim. Tapi kalo ganjen dan caper nggak sukaaaaa.... ikhwan kok nggak inisiatif cari kerjaan selain caper-in akhwat” paparnya. “Keimanan so pasti dong ya kudu jadi pilihan utama. But, perilakunya juga harus mencerminkan keimanannya. Jadi aku nggak suka sama ikhwan yang ganjen, yang suka caper sama akhwat, yang sombong, yang nggak mau akur sama ikhwan lainnya, yang ngomongnya nggak sopan. Meskipun dia ilmu agamanya bagus dan rajin berdakwah,“ jelas Arini. Waaah... harap hati-hati buat para ikhwan. Jangan sampe para akhwat udah nggak sreg duluan sama kita pas ngelihat tampilan kita kayak gitu. Memang sih, ikhwan juga manusia (yeee.. nggak mau kalah sama akhwat yang juga manusia). Karena manusia, maka nggak bisa lepas dari kelemahan dan keterbatasan. Memang sih, tapi kan bisa dipermak jadi oke. Soalnya yang namanya afektif (perasaan or emosional) itu bisa dilatih dengan pembiasaan. Jika si dia melamarmu... Maaf, maaf, jangan keburu kepikiran pembahasan ini khusus dewasa. Ya, mungkin ini lebih baik, daripada ditulis: “jika si dia memacarimu...”. Tul nggak? Justru kita harus membiasakan pemahaman bahwa hubungan akrab pranikah (baca: pacaran—gaul bebas-apalagi seks bebas) itu salah. Sementara hubungan yang sah untuk saling mencurahkan kasih-sayang dan perhatian antara ikhwan-akhwat, tentunya lewat pernikahan. Ini yang harus terus dikampanyekan. Itu sebabnya saya lebih memilih diksi alias pilihan kata, “melamarmu”. Setuju kan? Awas kalo nggak setuju (idih, ngancem!) Sobat muda muslim, kalo suatu saat kamu udah siap nikah, terus ada ikhwan yang mo ngelamar kamu, apa yang bakalan kamu lakukan? “Ehm... siapa pun ikhwan yang dateng. Aku nggak bisa langsung memutuskan. Sholat istikharah adalah solusinya. Tapi urusan fisik en materi, kayaknya nggak zamannya lagi dipermasalahkan (yang harus dilobi tuh ortu, coz siapa sih ortu yang rela anaknya hidup miskin. Kedengeran matre sih, tapi sebenernya ortu bersikap kayak gitu, aku yakin alasan mendasarnya bukan karena matre, mereka cuma pengen anaknya hidup bahagia. Ciee.. sok bijaksana gini nih).” Mila menulis barisan kata-kata ini via e-mailnya ke STUDIA. Bener nih? Eh, kalo ada ikhwan yang gagah, keren, pinter, tsaqafah Islamnya juga tinggi, anak orang kaya, rajin berdakwah, sholeh, keimanannya mantep (wuih, ada nggak sih se-perfect ini di dunia nyata?), terus kamu ngarepin jadi pendamping hidupnya nggak? “Oh... so pasti gitu looh! Eh, tapi ikhwan yang seperti itu langka ditemukan,” Tika ngasih jawaban. “Ingin banget, tapi semua keputusan akhir kan Allah yang nentuin, kita mungkin cuma bisa usaha,” Ninink menjawab dengan bijak. ... Tapi, gimana kalo setelah sekian lama menanti ikhwan idaman hati, eh, yang dateng tuh ikhwannya dengan kriteria: wajah pas-pasan, miskin, ilmu agamanya biasa aja, hanya rajin sholat dan dakwah. Gimana tuh? “It’s ok. I’ll receive. Yang jelas dia orang yang terbuka, bijak, dewasa, dan merdeka. Kekayaan baginya adalah pemikiran yang diejawantahkan dalam kehidupan dan perjuangan. Dan atas dasar itu pula, mencuatlah kesadaran dalam dirinya utk menunaikan kewajiban-kewajiban yang dipanggulnya. Cukup itu, tidak lebih.” papar akhwat yang punya inisial “sg” dalam e-mailnya ke STUDIA.

para sohep,,kata si akhwat kayakx kalo crita2'n tu ditampung semua bisa puuuuuuanjang BGT. Tapi yang jelas, kita bisa punya kesimpulan bahwa umumnya para akhwat mencari ikhwan idaman yang imannya mantep, sholeh, pengertian, perhatian, dan punya jiwa pengemban dakwah. Wuih, sederhana dan sangat wajar. Semoga ini menjadi pegangan dan ukuran kita semua. Karena, yang namanya keimanan (akidah) tuh kriteria number one euy dalam prioritas pilihan kita untuk mencari pendamping hidup. Nggak bisa ditawar lagi.
Oke, ne tulisan sekadar crita yg ane baca dari rubrik "DIALAH IKHWAN IDAMANKU"gmn tu para ikhwan dan akhwat kira2 sePakat engga' ... :-)

Smg br'manfaat n jadi bahan renungan kita. "jazakumullah".

Ucapan Terima Kasih

Assalaamualaikum wr.wb 

Ane ucapin terima kasih yang sedalam-dalamnya pada all sohep atas launchingnya blog ini yang semua tak lain hanyalah berkat Allah SWT…

Ane terinspirasi oleh update status para sohep yang ada di salah satu jejaring sosial yang paling ane gemesin apalagi klo bukan facebook, oleh karenanya halaman blog ini ane kasih judul "Pesantren Faceebook Inspiratif " daripada update status para sohep yang punya nilai "watawashobil haqq" akhirnya ilang tak tahu kemana, jd afwan..ane mhn izin sharenya jadi postingan di blog ane, agar bsa ane simpen dan engga' hanya jadi sampah facebook..banyak media yang bisa kita jadikan sebagai ladang amal kita..namun punya ide kenapa kita tidak mengupdate status yang punya nilai Islam, sambil untuk menasehati diri sendiri sapa tau sohep juga bisa ikutan ya engga'..innama a'malu binniyat..semua adalah tergantung dari niatnya.. 

Untuk itu, ane punya harapan klo blog ane kedepannya bisa menjadi tempat teduh ataupun tempat berkumpulnya para pencari kebenaran bagi sohep yang ingin terus ingin menimba ilmu dan syukur-syukur bisa sama-sama melaksanakan perintah Allah yaitu " watawaa shoubil haqqi wa tawaa shoubis shobr". Amiin.

  Oleh karena itu, besar harapan penulis agar para sohep setia memberikan comment…baik kritik maupun masukan agar blog ini bisa lebih bermanfaat..kan Rosullullah sendiri pernah bersabda" khoirunnas anfa'uhum linnas" sebaik-baik manusia adalah manusia yang bisa bermanfa'at bagi orang lain...

slm ukhuwah buat para pembaca sekalian, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmatNya kepada hamba-hamba yang senantiasa istiqomah di jalan Allah SWT..amiin Allahumma Amiin.. 

catatan: jangan lupa commennya sohep..jazakumullah 

Wassalaamualaikum wr.wb

Template by : Pesantren Facebook Inspiratif : kendhin x-template.blogspot.com