Shalat adalah soko guru agama dan kepribadian. Siapa yang mendirikan shalat sama dengan menegakkan agama, dan siapa yang meninggalkan sama dengan merobohkan agama. Karena itu shalat akan menjadi pertanggungjawaban setiap muslim dalam mahkamah di akhirat kelak.
Mengetahui tata cara shalat teramat vital. Oleh karena itu shalat perlu diajarkan sejak dini dengan cara yang baik sesuai tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah telah menegaskan:
صَلُّوْا كَمَا رَاَيْتُمُوْنِى اُصَلِّى
“Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat” (HR. Bukhari).
Shalat adalah ibadah yang paling banyak beliau terangkan secara teori dan praktik. Bahkan beliau pernah melakukan shalat di atas mimbar untuk mengajarkan kepada para sahabat. Di atas mimbar beliau berdiri dan ruku’, kemudian bersabda kepada para sahabat:
اِنَّمَا صَنَعْتُ هَذَا لِتَأْتَمُّوابِي وَلِتَعْلَمُوْا صَلَاتِيْ
“Ini aku lakukan tidak lain adalah agar kamu bermakmum kepadaku dan mengetahui shalatku” (HR. Bukhari-Muslim).
1. Menghadap Kiblat
Menghadap kiblat dengan seluruh badan, tanpa menoleh dan berpaling. Rasulullah Saw dalam melaksanakan shalat fardhu dan sunnah menghadap kiblat, sebagaimana sabda beliau:
إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَأَسْبِغْ الْوُضُوءَ ثُمَّ اسْتَقْبِلْ الْقِبْلَةَ فَكَبِّرْ
”Bila engkau berdiri untuk melakukan sholat maka sempurnakanlah wudhumu, kemudian menghadaplah kiblat, lalu takbirlah” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ketika shalat Rasulullah Saw melakukan shalat sambil berdiri sesuai dengan perintah Allah Ta'ala dalam QS al-Baqarah ayat 238 (artinya) ”Berdirilah untuk Allah (dalam sholatmu) dengan khusyu.”
Dalam sebuah riwayat Tirmidzi dan Ahmad disebutkan bahwa Rasulullah Saw melakukan shalat menjelang datang ajalnya sambil duduk. Dalam kesempatan lain beliau melakukan shalat sambil duduk, yaitu ketika sakit. Sedangkan orang-orang di belakangnya mengikutinya sambil berdiri. Lalu Rasulullah Saw memberikan isyarat agar mereka duduk, maka merekapun duduk. Setelah selesai shalat beliau bersabda:
إِنَّمَا جُعِلَ الْإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ فَإِذَا رَكَعَ فَارْكَعُوا وَإِذَا رَفَعَ فَارْفَعُوا وَإِذَا صَلَّى جَالِسًا فَصَلُّوا جُلُوسًا
”Sesungguhnya keberadaan imam adalah agar diikuti. Bila ia ruku, maka rukulah; bila berdiri maka berdirilah; dan jika shalat sambil duduk maka duduklah bersama-sama”. (HR Muslim).
2. Niat
Niat shalat yang akan dikerjakan tanpa diucapkan. Dalam kitab Raudhatu ath-Thalibin (1/224 cet. Al-Maktab al-Islami) Imam Nawawi berkata, “Niat adalah maksud. seseorang yang akan melakukan shalat tertentu dalam hatinya telah terdetik maksud shalat yang akan dilakukannya seperti shalat Dzuhur, sholat fardhu, dan lainnya. Kemudian maksud ini dinyatakan bersamaan dengan awal takbir.”
Rasulullah Saw bersabda ِ :
1 - عن عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وهو عَلَى الْمِنْبَرِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى ( رواه البخارى)
Artinya : Diriwayatkan dari Umar bin Khathah ketika dia di atas mimbar, mengatakan : Aku mendengar Rasululah Saw bersabda :”Sesungguhnya segala perbuatan itu harus disertai dengan niat, dan sesungguhnya setiap orang mendapatkan balasan sesuai dengan niatnya." (HR. Bukhori)
3. Takbiratul ihram dan takbur-takbir lainnya (caranya)
Setelah meghadap kiblat, lalu takbiratul ihram dengan mengucapkan Allahu akbar, sambil mengangkat kedua tangan hingga sejajar dengan kedua pundak atau sejajar dengan daun telinga berdara riwayat berikut ini :.
693 - عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ إِذَا افْتَتَحَ الصَّلَاةَ وَإِذَا كَبَّرَ لِلرُّكُوعِ وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ رَفَعَهُمَا كَذَلِكَ أَيْضًا وَقَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ وَكَانَ لَا يَفْعَلُ ذَلِكَ فِي السُّجُودِ ( رواه البخارى )
Artinya : Salim meriwayatkan dari ayahnya (Abdullah), bahwa Rasulullah Saw mengangkat kedua tangannya sejajar dengan kedua pundaknya jika beliau memulai shalat, dan jika bertakbir untuk ruku' dan ketika beliau mengangkat kepalanya dari ruku' beliau mengangkat kedua tanganya seperti itu juga, seraya mengucapkan "sami'allahu iman hamidah eabbana walakal hamdu". Dan yang demikian itu tidaak beliau lakukan dalam sujud. (HR Bukhari).
Sedang dalam riwayat lain dikatakan :
589 - عَنْ مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا كَبَّرَ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِيَ بِهِمَا أُذُنَيْهِ ( رواه مسلم )
Artinya : Malik bin al-Huwairits meriwayatkan, bahwa Rasulullah Saw jika bertakbir, beliau mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan telinganya …dst. (HR. Muslim).
Yang dalam riwayat Qatadah juga oleh Imam Muslim dipertegas setinggi daun telinga :
عَنْ قَتَادَةَ بِهَذَا الْإِسْنَادِ أَنَّهُ رَأَى نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ حَتَّى يُحَاذِيَ بِهِمَا فُرُوعَ أُذُنَيْهِ
Artinya : Dari Qatadah dengan sanad ini juga, dia mengatakan : Hingga kedua tanggnya itu bersejajar / setinggi daun telinganya.
4. Bersedekap
Meletakkan kedua tangan di atas dada, sambil bersedekap, tangan kanan di atas pergelangan tangan kiri, atau telapak tangan kanan di atas punggung telapak tangan kiri.
Dari Wail bin Hujr, ia berkata:
صَلَّيْتُ مَعَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَوَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى يَدِهِ الْيُسْرَى عَلَى صَدْرِهِ
“Aku pernah shalat bersama Rasulullah Saw dan beliau meletakkan tangan kanannya di ata tangan kirinya di dada” (HR. Ibnu Khuzaimah)
عَنْ عَاصِمِ بْنِ كُلَيْبٍ بِإِسْنَادِهِ وَمَعْنَاهُ قَالَ فِيهِ ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى ظَهْرِ كَفِّهِ الْيُسْرَى وَالرُّسْغِ وَالسَّاعِدِ ( رواه ابوداود )
Artinya : Dari Ashim bin Kulaib denghan sanad dan ma'na yang sama (dalam hadis yangpanjang) di situ dikatakan : Dan Nabi Saw meletakkan tangan kanan di atas punggung telapak tangan kiii dan di atas pergelangan dan lengannya; (HR Abu Daud)
Dilarang sedekap itu dengan meletakkan tangan di pinggul :
6878 - عَنِ أَبَى هُرَيْرَةَ يَقُولُ نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الِاخْتِصَارِ فِي الصَّلَاةِ ( رواه احمد ومسلم وابوداود وغيرهم )
Artinya : Abu Hurairah mengatakan : Rasulullah Saw melarang ikhtishar (meletakkan tangan pada pinggulnya) dalam shalat. (HR Ahmad, Muslim, Abu Daud dll).
5. Melihat tempat sujud
Sambil melihat tempat sujud :
وكان صلى الله عليه وسلم اذا صلى طأطأ رأسه ورمى ببصره نحو الارض ( رواه البيهقى والحاكم / البانى 80)
Artinya : Dan Nabi Saw apabila shalat beliau menundukkan kepalanya serta melemarkan pandanganya pada tanah (tempat sujud). (HR Baihaqi dan Hakim).
6. Membaca do'a iftiftah, antara lain
اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنْ الدَّنَسِ اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ
"Ya Allah, jauhkanlah antaraku dengan kesalahan-kesalahanku, sebagaimana Engkau telah menjauhkan antara timur dan barat; Ya Allah, sucikanlah aku dari kesalahan-kesalahanku seba-gaimana pakaian putih disucikan dari segala kotoran; Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesa-lahan-kesalahanku dengan air, es dan salju" (Muttafaq `alaih yang bersumber dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam).
Boleh juga membaca do'a yang lain, seperti:
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرَكَ
"Maha Suci Engkau, Ya Allah, dengan segala puji bagiMu, Maha Mulia Nama-Mu, dan Maha Tinggi kemuliaan-Mu, tiada Tuhan yang yang berhak disembah selain Engkau".(HR. Abu Daud)
7. Membaca Ta’awud
أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ
“Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk dari semburannya, kesombongannya, dan embusannya” (HR Abu Daud, Ibnu Majah, Daruquthni & Hakim).
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
“Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk” (HR Abu Daud).
8. Membaca al Fatihah
Dan dilanjutkan dengan membaca surat Al-Fatihah, sebagaimana sabda Rasulullah Saw:
لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
”Tidak sah shalat seseorang apabila tidak membaca surah al-Faatihah” (HR Bukhari, Muslim dan Baihaqi)
مَنْ صَلَّى صَلَاةً لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَهِيَ خِدَاجٌ ثَلَاثًا غَيْرُ تَمَامٍ
“Siapa yang shalat tidak membaca al fatihah, shalatnya kurang, tidak sempurna” (HR Muslim )
Rasulullah Saw membaca surat al-Faatihah dengan memotong setiap ayat :
a. Bismillaahir-rahmanir-rahim.
b. Alhamdulillaahirab-bil’aalamiin.
c. Sampai dengan akhir ayat.
Dilanjutkan dengan mengucapkan: آمِينَ (Kabulkanlah ya Allah)
Dalam hadits riwayat Bukhari dan Abu Daud disebutkan bahwa ketika Rasulullah Saw selesai membaca al-Faatihah, beliau mengucapkan amin dengan suara jelas dan panjang. Orang-orang yang bermakmum pun dianjurkan untuk mengucapkannya. Sabda beliau:
إِذَا قَالَ الْإِمَامُ{ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ } فَقُولُوا آمِينَ فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ قَوْلُهُ قَوْلَ الْمَلَائِكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
”Apabila imam sholat mengucapkan ”Ghoiril maghdhuubi’alaihim waladhaaliin” maka katakanlah ”Amin”. (Sesungguhnya malaikiat berkata ”Amin” dan imampun mengucapkan ”Amin”).
إِذَا أَمَّنَ الْإِمَامُ فَأَمِّنُوا فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ تَأْمِينُهُ تَأْمِينَ الْمَلَائِكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تََدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Dalam lafal lain disebutkan bahwa jika seorang imam sholat mengucapkan amin, maka ikutilah dengan mengucapkan amin. Apabila ucapan amin itu bersama dengan ucapan malaikat, (Dalam lafal lain disebutkan: Apabila seseorang mengucapkan amin dalam sholat, dan para malaikat di langit mengucapkan amin dengan bersamaan) niscaya dosa-dosanya akan diampuni.” (HR Bukhari, Muslim & Nasa’i).
Rasulullah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam juga bersabda ”Tidak ada suatu yang paling menjadikan orang-orang Yahudi iri kepada kalian kecuali ucapan salam dan amin (dibelakang imam).” (HR Bukhari, Ibnu Majah dan Ahmad).
9. Membaca Surat atau Ayat al Qur’an
Setelah membaca al-Faatihah, Rasulullah Saw membaca surat atau ayat al Qur’an. Terkadang membaca surat panjang dan kadang surat pendek karena suatu sebab seperti sedang dalam perjalanan, sakit batuk atau sakit lainnya. Atau mendengar tangis anak kecil sebagaimana yang disebutkan oleh Anas bin Malik ra.
10. Rukuk
Yaitu mKedua tangan diletakkan tangannya pada lutut dengan merapatkan jari jemari. Punggung harus dalam keadaan lurus sejajar dengan kepala sambil thuma'ninah sambgil membaca :
"Maha Suci Tuhan-Ku Yang Maha Besar"
Dan lebih diutamakan membacanya tiga kali atau lebih, dan di samping itu dianjurkan pula membaca:
"Maha Suci Engkau, Wahai Rabb kami dan dengan segala puji bagiMu, Ya Allah, ampunilah aku".
Rasulullah Saw bersabda:
إِنَّ أَسْوَأَ النَّاسِ سَرِقَةً الَّذِي يَسْرِقُ صَلَاتَهُ قَالُوْا يَا رَسُوْلَ اللهِ كَيْفَ يَسْرِقُهَا قَالَ : لَايَتِمُّ رُكُوْعُهَا وَلَا سُجُوْدُهَا.
”Sesungguhnya Pencuri yang paling jahat adalah pencurian yang mencuri dalam shalatnya.” Para sahabat bertanya ”Wahai Rasulullah bagaimana yang dimaksud dengan mencuri dalam shalat itu?” Rasulullah menjawab ”Yaitu orang yang tidak sempurna rukuk dan sujudnya dalam shalat.” (HR. Ibnu Abi Syaibah).
11. I’tidal
Berdiri dari rukuk dengan tegak dan lurus kedua tangan lurus menempel pada paha, sambil membaca :
"Semoga Allah mendengar orang yang memuji-Nya".
Lalu di saat berdiri berdoa:
"Wahai Rabb kami, milikMu segala pujian sebanyak-banyaknya lagi baik dan penuh berkah, sepenuh langit dan bumi, sepenuh apa yang ada di antara keduanya dan sepenuh apa saja yang Engkau kehendaki kelak".
Adapun jika ia sebagai ma'mum, maka di saat mengangkat kepala mengucapkan:
"Wahai Rabb kami, milikMu lah segala puji-an"... hingga akhir bacaan di atas.
Terkait dengan i’tidal Rasulullah Saw bersabda:
ثُمَّ قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ وَرَفَعَ يَدَيْهِ وَاعْتَدَلَ حَتَّى يَرْجِعَ كُلُّ عَظْمٍ فِي مَوْضِعِهِ مُعْتَدِلًا
“… kemudian beliau bersabda: Sami’allahu lima hamidah sambil mengangkat kedua tangannya dan tegak sehingga tiap-tiap tulang kembali kepada posisinya semula.” (HR Tirmidzi & Ahmad)
"Kami para nabi dperintah untuk meletakkan tangan di dadadada (sendekap) dalam shalat";
12. Sujud
Caranya yaitu dengan mengangkat kedua trangan sejajar demham [undal dan setinggi daun telinga sambil mengucapkan Allahu Akbar, turun ke tempat sujud dengan mendahulukan kedua lutut. Sujud di atas tujuh anggota tubuh, yaitu dahi bersama hidung, kedua telapak tangan, kedua lutut dan ujung jari kedua telapak kaki. Dahi dan hidung ditekankan ke tempat sujud. Kedua telapak tangan dengan jari-jari rapat diletakkan di tempat sujud sejajar dengan bahu, kedua siku diangkat, kalau mungkin (karena shalat sendirian misalnya), kedua siku direnggangkan seolah-olah nampak ketiaknya. Kedua ujung kaki ditegakkan menghadap kiblat, sambil membaca do'a:
"Maha Suci Rabbku Yang Maha Tinggi." tiga kali atau lebih:
Dianjurkan pula membaca:
"Maha Suci Engkau, Ya Allah Rabb kami, dengan segala puji bagi-Mu. Ya Allah ampunilah aku ".
Dan memperbanyak do'a, sebagaimana sabda Nabi Saw:
"Adapun ruku`, maka agungkanlah Tuhan pada saat itu, dan adapun sujud, maka bersungguh-sungguhlah kalian dalam berdo'a, sebab layak untuk diterima bagi kalian." (HR. Muslim)
Dan juga sabda beliau Saw ::
"Posisi terdekat seorang hamba kepada Tuhannya adalah di saat ia sedang sujud, maka dari itu perbanyaklah do'a."(HR. Muslim)
13. Duduk antara dua sujud
Mengangkat kepala dari sujud sambil mengucapkan Allahu Akbar. Cara duduk yaittu kaki kanan di tegakkan, dan kaki kiri dijadikan alas duduk. Disebut iftirasy Kedua tangan diletakkan di atas paha ujung lutut sambil berdoa:
رَبِّ اغْفِرْلِى رَبِّ اغْفِرْلِى
“Wahai Tuhanku, ampunilah aku; wahai Tuhanku, ampunilah aku”.
Atau:
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَعَافِنِي وَاهْدِنِي وَارْزُقْنِي
”Ya Allah ampunilah aku, kasihanilah aku, cukupkanlah aku, angkatlah derajatku, berilah aku petunjuk, jadikanlah aku sehat dan berilah rizki.” (HR Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Hendaknya thuma'ninah waktu duduk, hingga setiap persendian benar-benar berada pada posisinya, sebagaimana di saat ia berdiri i`tidal sebelum ruku`, karena Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memanjangkan (waktu) i`tidalnya sesudah ruku` dan ketika duduk di antara dua sujud. Demikian sebagaimana apa yang diajarkan Rasulullah Saw ke[ada orang yang disebut musi'ush shslah (orang yang shalatnya tidak beres) :
6174- قَالَ رسول الله ( ص ) إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَأَسْبِغْ الْوُضُوءَ ثُمَّ اسْتَقْبِلْ الْقِبْلَةَ فَكَبِّرْ
وَاقْرَأْ بِمَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنْ الْقُرْآنِ ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا ثُمَّ ارْفَعْ رَأْسَكَ حَتَّى تَعْتَدِلَ قَائِمًا
ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَسْتَوِيَ وَتَطْمَئِنَّ جَالِسًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ
سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَسْتَوِيَ قَائِمًا ثُمَّ افْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلَاتِكَ كُلِّهَا ( متفق عليه )
Artinya : Rasulullah Saw bersabda : "Jika kamu hendak mengerjakan shalat, maka sempurnakanlah wudhu'. Lalu menghadap kiblat, lalu takbir dan baca ayat Qur'an apa yang kamu anggap mudah bagimu, lalu ruku' hingga kamu benar-benar tenang (tuma'ninah) dalam keadaan ruku'. Kemudian kamu angkat kepalamu hingga benar-benar kamu berdiri lurus (i'tidal), lalu sujudlah hingga benar-benar kamu tenang dalam keadan sujud itu. Kemudian angkat (kepala) hingga benar-benar sempurna dan kamu benar-benar tuma'ninah dalam keadaan duduk. Kemudian sujud lagi hingga benar-benar kamu tama'ninah dalam keadaan sujud. Lalu berdiri hingga sempurna (lurus) dalam keadaan berdiri. Kemudian kerjakan seperti itu dalam shalatmu semuanya". (HR Bukhari dan Muslim).
Dalam poosisi duduk antara dua sujud ini ada yang mengangkat jari telujuknya, berdasar keumumam hadis :
وَقَدْ ذَكَرَ مُسْلِمٌ الْحَدِيثَ بِطُولِهِ فِي " صَحِيحِهِ " قَالَ :كَانَ رَسُولُ اللّهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ إذَا قَعَدَ فِي الصّلَاةِ جَعَلَ قَدَمَهُ الْيُسْرَى بَيْنَ فَخِذِهِ وَسَاقِهِ وَفَرَشَ قَدَمَهُ الْيُمْنَى وَوَضَعَ يَدَهُ الْيُسْرَى عَلَى رُكْبَتِهِ الْيُسْرَى وَوَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى وَأَشَارَ بِأُصْبُعِهِ ( زاد المعاد 1: 232)
Artinya : Imam Muslim dalam Shaihnya, dalam hadis yang panjang, antara lain menyebutkan : Adaalah Rasulullah Saw ketika duduk dalam shalat beliau nenyilangkan kaki kirinya antara paha dan betisnya dengan menjajdikan kaki kanannya itu sebagai alas duduk, dan beliau meletakkan tangan kiri di atas lutu kiri dan tangan kanan di atas lutu kanan sambil berisyarat dengan jari telunjuknya. (Zadul Ma'ad, juz I, hal. 323)
14. Sujud kedua
Sujud lagi sebagaimana sujud pertama sambil mengucapkan Allahu Akbar.
15. Mengangkat kepala, bangun dari sujud
Bangun dari sujud untuk raka'at kedua ini sambil mengucapkan Allahu Akbar. Namun sebelumnya hendaknya duduk sejenak. seperti duduk antara dua sujud., yang dikenal dengan duduk istirahah Dan pada duduk ini tidak ada bacaan atau do'a apapun. Tetapi boleh juga terus berdiri tanpa duduk. Boleh tanpa duduk istirahat, karena banyak sahabat yang yidak melakukannya, seperrti riwayat di bawah ini :
عن نعمان بن الاشعرى قال : ادركت غير واحد من اسحاب البى ص فكان اذا رفع رأسه
من السجدة فىاول ركعة وفى الثالثة قام كما هو ولم يجلس ( رواه ابن المنذر )
Artinya : Nu'man bin al-Asy'ari mengatakan : Saya menjumpai tidak hanya seorang sahabat Nabi Saw yang apabila mengangkat kepalanya (berdiri) dari sujud dalam raka'at pertama dan ketiga adalah berdiri sebagaimana biasa tanpa duduk. (Nailul Authar. Terj. 2 : 566)
Sampai di sini dinamakan sudah dapat satu rakaat. Lalu bangkit dan berdiri untuk melakukan raka`at yang kedua dengan bersanggah pada kedua lutut jika memungkinkan, dan jika tidak memungkinkan, maka bersanggah kepada kedua tangan di atas lantai. Pada rakaat kedua bacaan dan gerakannya sama seperti pada rakaat pertama. Hanya saja pada rakaat kedua tidak membaca doa iftitah. Berdiri ke rakaat kedua dan keempat harus membaca takbir tanpa mengangkat kedua tangan. Sedangkan berdiri ke rakaat ketigas harus membaca takbir sambil mengangkat kedua tangan.
16. Duduk tasyahud
Selesai rakaat kedua Rasulullah Saw duduk iftirasy’. Yaitu menjadi kaki kanannya alas duduk Sebagaimana sabdanya:
فَإِذَا جَلَسْتَ فِي وَسَطِ الصَّلَاةِ فَاطْمَئِنَّ وَافْتَرِشْ فَخِذَكَ الْيُسْرَى ثُمَّ تَشَهَّدْ
”Bila kamu duduk di pertengahan sholat, hendaklah kamu melakukan thumuninah. Lalu hamparkanlah telapak kaki kirimu kemudian bacalah tasyahud.” (HR Abu Daud dan Baihaqi).
Sambil tangan kanan diletakkan di atas paha kanan dengan menggenggam semua jari kecuali jari telujuk. Jari manis dan jari kelingking tangan kanan digenggamkan, sedangkan ibu jari dibentuk lingkaran dengan jari tengah dan berisyarat dengan jari telunjuk. Sedangkan tangan kiri diletakkan pada (ujung) paha kiri dan lutut; lalu membaca tasyahhud:
Kemudian dilanjutkan dengan membaca:
Lalu memohon perlindungan kepada Allah dari empat hal dengan membaca:
17. Salam
Setelah itu memberi salam dengan menoleh ke kanan dan salam dengan menoleh ke kiri.
a. Ke kanan dengan mengucapkan:
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
b. Ke kiri dengan mengucapkan:
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Atau:
a. Ke kanan dengan mengucapkan:
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
b. Ke kiri dengan mengucapkan:
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ
Atau:
a. Ke kanan dengan mengucapkan:
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ
b. Ke kiri dengan mengucapkan:
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ
Atau:
a. Ke kanan dengan mengucapkan:
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ
b. Ke kiri dengan mengucapkan:
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ
Catatan:
Untuk shalat tiga rakaat, seperti shalat Maghrib dan shalat empat rakaat, seperti Isya’, Dhuhur dan Ashar, ada dua kali duduk, yaitu:
a. Duduk pertama sambil membaca tahiyat. Kaki kanan ditegakkan sedangkan kaki kiri dibentangkan di tanah sebagai alas duduk. Duduk ini dinamakan iftirasy.
b. Duduk kedua sambil membaca tahiyat. Kaki kanan ditegakkan, sedangkan kaki kiri diselempangkan di bawah kaki kanan, kemudian mendudukkan pantat di atas tanahduduk seperti ini dinamakan tawarruk.
Akhirnya. semoga Allah Swt menerima shalat kita dan amal kita secara keseluruhan, dan menyimpan pahala shalat kita sampai kita bertemu dengan-Nya. “Di hari tidak bermanfaat lagi harta dan anak-anak kecuali yang datang dengan hati yang suci”.
Dipresentasikan oleh KH. Mu’ammal Hamidy, Lc pada SEMINAR : "Shalat : Kaifiyah dan Seluk-beluknya" di Masjid Ummul Mu'minin- Jl. Baratajaya VIII/ 08 Surabaya, pada Sabtu, 25 Desember 2010
0 komentar:
Posting Komentar